3 Hal sederhana untuk jadi “Saluran Berkat” setiap hari

Henri Suhardja
5 min readApr 16, 2023

--

Tidak perlu rumit dan berpikir terlalu jauh untuk selalu rutin berbagi berkat, sampai jadi kebiasaan di hidup sehari-hari.

Pertama, saya mau cerita dulu tentang “Saluran Berkat”. Saya mendapatkan ini dari salah satu sahabat saya, Michael. Saya pernah tanya ke dia beberapa tahun lalu, apa mimpinya. Jawaban dia bukanlah jadi orang kaya atau sukses, tapi jadi saluran berkat. Saya kaget dengan jawabannya dan minta dijelaskan. “Ibaratnya sungai, kalau terus menerus mengalir, tidak akan pernah kering. Airnya akan selalu baru, selalu ada, selalu mengalir deras. Mau diambil berapa banyak pun airnya, tetap terus bertambah banyak. Lain cerita kalau bak penampung atau kolam, sebanyak apa pun isi awalnya, kalau diambil terus, airnya akan habis, berbeda dengan sungai yang terus mengalir,” jawab Michael. Thank you brother, akan selalu saya ingat. Percakapan kecil yang mengubah hidup saya.

Sekitar 10 tahun lalu, saya berkunjung ke rumah seorang pengusaha, yang menjadi role model saya. Usianya sekitar 40 tahun akhir. Rumahnya sederhana, hanya satu lantai, tidak punya AC. Perabotan di rumahnya juga sederhana. Memang tipe orang agak “kuno”. HP yang dia pakai adalah HP yang hanya bisa sms dan telepon saja. Dia tidak mengerti online atau internet. Tapi, bisnis kulinernya telah berjalan selama 21 tahun dengan 80 cabang se-Indonesia. Tidak ada yang difranchise, semuanya full milik sendiri. Omzetnya puluhan Miliar setiap bulan. Semua cabangnya ramai, tidak ada yang pernah sepi, setiap hari. Parkirannya selalu penuh. Bisa coba tebak sendiri apa usaha kuliner yang sambalnya punya banyak variasi.

“Kalau kami buka cabang baru, kami selalu cari karyawan dari orang sekitar. Lalu, saya kirim orang untuk mendata ke RT dan RW sekitar, siapa saja warga yang butuh bantuan, yang kondisinya kekurangan. Setiap bulan, kami kirim donasi ke mereka, hasil dari cabang itu. Lalu, kalau di sekitar cabang, jalannya kurang bagus, kami sendiri yang keluar uang untuk aspal dan perbaikan. Masjid dan sekolah terdekat juga kami bantu. Jadi setiap cabang bisa memberikan hidup untuk warga sekitar,” cerita beliau. Saya kira satu cerita singkat ini sudah sangat menjelaskan apa itu “Saluran Berkat”.

1. Bisnis terbaik adalah bisnis yang produknya, baik berupa jasa/produk, dapat menjadi bisnis untuk orang lain.

Oke, ini maksudnya adalah selain kita memperkerjakan orang sekitar/terdekat dari lokasi usaha, kita juga bisa membangun bisnis yang memiliki model berupa sharing economy. Contohnya, Titipku melalui aplikasi, membantu pedagang berjualan ke warga sekitar dan juga memilih warga lokal untuk menjadi jatiper. Jadi, warga lokal dan pedagang di pasar setiap daerah, mendapatkan tambahan income. Konsep sharing economy di hyperlocal area (wilayah dengan luas kurang lebih setiap 5 Kilometer). Setiap hari, ada pedagang dan jatiper yang mendapatkan income dari transaksi di Titipku. Semakin besar Titipku, semakin besar income pedagang dan jatiper. Tumbuh bersama.

Saya berikan contoh lainnya yang jadi favorit saya, yaitu produk minuman Coca-cola. Bisa dibayangkan, berapa banyak pedagang kecil yang berjuala produk minuman ini di seluruh dunia? Berapa banyak pedagang keliling yang berjualan di pinggir jalan? Sekali lagi, bisnis terbaik adalah ketika produk dari bisnismu bisa menjadi bisnis untuk orang lain. Jadi, buatlah bisnis atau usaha yang tidak hanya memperkerjakan orang sekitar, tapi juga dengan konsep sharing economy.

2. Berbelanja dari toko/lapak/warung/pasar di sekitar tempat tinggal kita.

Saya kira ini sudah sangat jelas. Alasannya adalah konsep ekonomi terbaik adalah ekonomi yang berputar di suatu area, di mana uang yang beredar secara terus menerus di wilayah yang sama, tidak berhenti, dan terus meningkat jumlahnya. Bayangkan di suatu desa kecil, semua warga saling membeli produk satu sama lain atau menukarkan keahlian dengan uang, artinya semua akan tetap berjalan, tidak ada yang miskin. Itu step pertama. Ada 5 desa yang seperti itu, semuanya mandiri dan nilai uang berputarnya perlahan meningkat. Karena nilai meningkat dan butuh produk/jasa yang lebih untuk berkembang, maka mulai ada pertukaran antar desa. Nilai transaksi antar desa meningkat. Setelah mandiri, semua bertukar, masing-masing naik. Ini step kedua. Setelah 5 desa semakin naik pertukaran uangnya, berkembang sampai tingkat negara dan antar negara. Akhirnya, ekonomi di satu negara semakin meningkat. Ini step ketiga.

Hal sebesar ini dimulai dari tindakan sederhana setiap orang, yaitu belanja dari toko/lapak/warung/pasar terdekat tempat tinggal. Sangat sederhana, tapi berdampak. Bayangkan kalau semua yang terjadi adalah sebaliknya, semua orang saling menggenggam erat uang masing-masing, ekonomi suatu negara akan segera terhenti. Semua orang di satu area kecil, menjadi saluran berkat satu sama lain dengan uang berputar di tempat yang kecil. Tidak hanya manfaat ekonomi, tapi tentu saja ada dampak ke kehidupan sosial, karena semua saling membantu menghidupkan bisnis tetangganya. Semua sama-sama bahagia, karena saling membantu.

3. Membangun habit berbagi secara sederhana setiap waktu.

Saya punya kebiasaan untuk memilih tempat makan yang sepi. Misalnya, di satu kawasan kuliner, ada banyak pilihan. Saya pilih yang terlihat sepi. Karena menurut saya, membantu pemiliknya untuk tetap bertahan dan tetap memberikan pekerjaan untuk karyawannya. Soal rasa, kalau enak tentu senang, kalau tidak enak tidak perlu kecewa, karena niatnya dari awal membantu. Usaha kuliner yang sudah ramai, sudah memiliki pembeli banyak, tidak perlu khawatir lagi. Tidak hanya untuk memilih makan di mana, tapi juga berbelanja barang-barang lain atau untuk memakai jasa, misalnya bengkel atau tempat potong rambut. Berbelanja di tempat yang sepi, memastikan keluarga yang memilikinya masih bisa menyambung hidup.

Seorang sahabat yang menjadi kakak saya, Alex, mengingatkan saya untuk terus berbagi secara rutin ke banyak tempat. Dia bilang punya banyak saluran untuk memberikan donasi, antara lain tempat ibadah, panti asuhan, dll. Oke, saya coba terapkan. Akhirnya, sekarang saya punya beberapa tempat rutin yang saya support setiap bulan. Jadi tidak hanya satu tempat, tapi beberapa tempat. Sekedar ide pilihan tempat berbagi : tempat ibadah, panti asuhan, pelayanan misi, sekolah untuk pemuka agama, dan area yang tergolong miskin. Di luar ini, saya ada memperhatikan beberapa teman lama, teman sejak sekolah, yang saya tahu berprofesi khusus (tidak memiliki income tinggi), tapi menjadi pelayan untuk masyarakat, yang rutin saya support terpisah.

Ada teman baik saya yang lain, yang tidak berbagi uang, tapi waktu. Dia rutin mengunjungi panti jompo dan rumah sakit. Dia berkeliling untuk mendoakan satu per satu. Respon dari orang-orang yang didoakan sangat positif. Mereka belum pernah bertemu orang yang seperti dia, itu selalu diucapkan. Berbagi tidak selalu berupa uang, tapi juga bisa waktu dan semangat hidup atau iman.

Pemikiran Akhir

Menurut saya, semua hal akan selalu diawali dari niat. Jangan pernah berniat berbagi untuk mendapatkan lebih banyak. Jangan pernah berpikir bahwa, jika memberi sekian, berharap mendapatkan sekian kali lipat. Tuhan bukan bank. Kita bukan investor yang titip dana ke Tuhan. Jangan kurang ajar. Hanya orang bodoh yang berpikir bisa menyumbang sekian supaya dikembalikan Tuhan lebih banyak.

Tujuan utama atau niat berbagi menurut saya selain membantu orang lain, tentunya adalah manfaat untuk diri kita sendiri, yaitu “tidak menggenggam uang terlalu erat.” Yang membuat orang kaya stress adalah terlalu erat memegang uang. Setiap hari selalu takut kehilangan uang, takut semuanya habis. Dengan kita rutin berbagi, kita tahu uang bisa datang dan bisa pergi. Jadi, pikiran kita akan terbiasa untuk santai, karena tahu akan bisa hilang kapan saja. Tidak dipegang erat, sampai stress.

Dengan pikiran yang selalu santai dan jiwa yang damai, kita bisa lebih kreatif, sehingga bisa menghasilkan ide-ide baru dan lebih kreatif lagi untuk menghasilkan value yang semakin berdampak untuk banyak orang, selama masih hidup.

Jangan lupa jadi saluran berkat setiap hari.

Tuhan memberkati.

--

--

Henri Suhardja
Henri Suhardja

Written by Henri Suhardja

Saya menulis supaya anak dan cucu bisa membaca pelajaran yang saya dapatkan selama perjalanan hidup.

No responses yet