Ketika Aku Takut
Hampir setiap waktu, kita merasa takut dan khawatir. Apa yang harus dilakukan?
Aku takut.
Aku takut mengambil keputusan yang salah, sehingga ratusan orang yang bekerja bersama kami akan mengalami kesulitan, terutama yang sudah berkeluarga.
Aku takut memberikan contoh yang buruk sebagai leader, jatuh dalam 7 dosa terlarang, dan semua orang di sekitar terkena dampaknya.
Aku takut tidak bisa menjadi role model untuk leader berikutnya.
Aku takut merencanakan strategi yang buruk, sehingga kami tidak bisa mencapai target atau menahan resiko yang mungkin terjadi.
Aku takut mengecewakan semua orang yang sudah percaya kepada kami, semua pemegang saham yang memberikan banyak support.
Aku takut menjadi tinggi hati, sampai lupa bahwa semuanya dicapai oleh banyak orang bersama-sama, bukan hasil kerjaku sendiri.
Aku takut.
Aku takut mengecewakan orang tua dan keluarga besar, dengan membuat mereka malu atas perbuatan yang tidak benar.
Aku takut tidak bisa membahagiakan orang tua, selagi mereka masih sehat dan ada bersama kami.
Aku takut salah memilih pasangan hidup dan sengsara seumur hidup.
Aku takut tidak bisa membahagiakan istri dan anak suatu saat nanti.
Aku takut untuk jatuh dalam godaan, tekanan, maupun jebakan yang mungkin ada, untuk menjadi tidak baik.
Aku takut untuk jadi orang tua yang tidak bisa menjadi role model untuk anakku suatu saat nanti, sampai akhirnya mereka mencontohku.
Aku takut kehilangan kasihku untuk keluargaku.
Aku takut.
Aku takut melukai hati orang-orang di sekitarku.
Aku takut dengan ambisi dan egoku, sampai merugikan orang lain.
Aku takut semua saudara, sahabat, teman, dan relasi, merasa kecewa denganku, sampai malu pernah mengenalku.
Aku takut kalau aku lupa bahwa aku bahagia dan bisa sampai di titik ini karena mereka semua.
Aku takut.
Aku takut melukai hati Tuhan, dengan hidup tidak berkenan di mata-Nya.
Aku takut lupa dengan semua karya-Nya di hidupku.
Aku takut mencoba menipu Tuhan dengan berbuat dosa secara diam-diam.
Aku takut kalau semua talenta dan kesempatan yang Tuhan berikan, akhirnya sia-sia karena aku tidak bertanggung jawab dengan hidupku.
Aku takut tidak mampu menjadi alat yang dipakai untuk rencana Tuhan.
Lalu, aku melihat ke belakang, 10 tahun terakhir di hidupku.
Tahun 2012, orang tua hampir berpisah setelah menikah lebih dari 30 tahun, aku tahan mereka, Tuhan menenangkan hati kami, dan keluarga kami bertahan sampai hari ini.
Tahun 2013, keluarga kami bangkrut, merintis lagi dari nol, tidak ada yang bisa bantu kami, dan semua hal terganggu, tapi Tuhan tolong dan angkat hidup kami lagi.
Tahun 2014, aku tidak ikut kehendak Tuhan, tapi Dia setia, Dia panggil, dan aku kembali kepada-Nya.
Tahun 2015, aku hampir kesulitan menyelesaikan kuliah, tapi orang-orang di sekitar memberikan dorongan dan support, selesai tepat waktu, 3 tahun 11 bulan, sekali lagi Tuhan memberi kekuatan.
Tahun 2016, kehilangan mobil saat ke Jakarta, aku kejar bersama polisi, dan Tuhan membimbing dengan memberikan semua perasaan yang tepat, ketemu di Bogor. Mobilku satu-satunya yang ketemu di antara 5 mobil lain yang dicuri di lokasi itu.
Tahun 2017, konflik dengan teman kuliah yang membangun usaha bersama, tapi Tuhan memulihkan, dan kami tetap berteman baik sampai hari ini. Kapan pun, kami bisa saling berkabar dan bertemu, karena tidak ada yang dirugikan.
Tahun 2018, adaptasi dengan tim baru di usaha menjadi titik paling berat. Di saat bisnis model belum ketemu, konsep masih berubah, dan semua hal dicoba, tantangan paling berat adalah menjaga tim tetap utuh. Tuhan yang menyatukan hati kami melalui semua peristiwa. Sampai hari ini, kami selama 7 tahun masih bersama.
Tahun 2019, keluarga kami bermasalah di property dengan salah satu orang terkaya di Jogja. Aku mengurus semua dari awal sampai ke jalur hukum. Aku melawan seorang kakek, kepala keluarga ternama, yang sudah berbisnis puluhan tahun. Aku bernegosiasi mewakili keluarga. Ketika cucunya, teman sekolahku, masih bermain instagram, aku hitung-hitungan dengan kakeknya. Tuhan memenangkan kami dengan memberikan jalan tengah terbaik untuk kedua belah pihak. Masalah selesai, tidak ada yang dirugikan, dan kami jadi dekat seperti keluarga.
Tahun 2020, terjebak pandemi di Jakarta, ternyata menjadi berkat tersembunyi, di mana usaha kami menemukan bentuk yang paling tepat. Rencana Tuhan tidak pernah bisa kami tebak.
Tahun 2021, kami tidak punya apa-apa lagi, semua usaha selama hamir 5 tahun lebih akan habis. Tuhan menyediakan yang terbaik, sebuah kesempatan sekali seumur hidup, masuk ke Y Combinator, yang membuat kami berhasil sampai hari ini.
Tahun 2022, usaha kami mengalami badai, akibat salah mengambil keputusan dengan 2 pihak lain, tapi Tuhan memenangkan kami dari pihak yang berkonflik dengan kami. Semua tuntas. Keadaan berbalik jauh lebih baik dari sebelumnya.
Setiap aku takut, aku ingat lagi perjalananku.
Sudah sejauh mana, sudah seperti apa. Apa yang aku syukuri, apa yang aku pelajari. Apa yang aku dapatkan, apa yang hilang. Dan aku lihat bagaimana Tuhan berkarya di hidupku. Aku lihat bagaimana Tuhan pakai hidupku, sesuai rencana-Nya. Di setiap langkah, Tuhan yang membimbing.
Kini, aku tidak takut lagi, karena aku berjalan bersama Tuhan.
Tuhan memberkati.
15 Juli 2023
Raphael Henri Suhardja